Brebes,mitratoday.com – Sebagai upaya eliminasi Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Brebes, Yayasan Mentari Sehat Indonesia melakukan penandatanganan MoU dengan RSUD Brebes dan launching organisasi mantan pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TB-RO) dengan nama Gerakan Paru Sehat dan Kuat (GARUDAKU) di aula Pertemuan RSUD Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Jumat (17/3/2023).
Hadir pada kegiatan tersebut Ketua Yayasan Mentari Sehat Indonesia Dr. Supriyanto,M.Pd, direktur RSUD Brebes Dr. dr. Rasipin,M.Kes, Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Brebes Imam Budi Santoso,S.St, MH.Kes, dokter spesialis paru RSUD Brebes dr. Umar dan Koordinator program Sub-sub Recipient (SSR) Mentari Sehat Kabupaten Brebes Zakiah Yasmin.
Direktur RSUD Brebes dr. Rasipin mengatakan, setelah diadakan MoU ini diharapkan mampu bekerjasama dengan baik karena pelayanan kesehatan mencakup 4 aspek meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Tidak bisa satu tangan untuk menanggulangi dari aspek kuratif, namun ada juga upaya promotif dan preventif dengan melibatkan berbagai macam sektor mulai dari Dinas Kesehatan dan peran serta masyarakat. Dengan hadirnya Yayasan Mentari Sehat Indonesia ini sangat baik sebagai upaya promotif preventif dan membantu upaya kuratif di RSUD Brebes.
“Permasalahan Tuberkulosis menjadi PR besar bagi negara kita, upaya promotif dan preventif harus melibatkan peran serta masyarakat. Bagi pasien yang pernah berobat dan sembuh tentunya akan memiliki pengalaman cukup banyak yang nanti ditularkan kepada masyarakat luas dari aspek pencegahan, terapi dan pasca pengobatan. Sehingga dengan adanya support dari pasien TB yang telah sembuh sangat bermakna bagi masyarakat yang sedang terkena TB,” katanya.
Bidang P2P RSUD Brebes Imam Budi Santoso menambahkan, penanganan Tuberkulosis Resisten Obat (TB-RO) dan Tuberkulosis Sensitif Obat (TB-SO) diharapkan lebih maksimal dan optimal sehingga kasus TB di Kabupaten Brebes bisa tertangani di seluruh wilayah Kabupaten Brebes.
“Langkah yang diambil untuk menangani kasus TB diantaranya dengan gencar sosialisasi kepada masyarakat termasuk mengoptimalkan zona-zona dimana ada penyebaran TBC dan memberi informasi kepada masyarakat terkait penanganan TB yang membutuhkan waktu panjang bisa 6 bulan, 9 bulan bahkan 1 tahun. Untuk pengobatan TB-SO antara 6-9 bulan dan TB-RO antara 18 – 20 bulan,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Mentari Sehat Indonesia Supriyanto menyampaikan, tujuan MoU ini untuk melakukan pendampingan pasien TB-RO. Pendampingan dilakukan dari awal pengobatan sampai selesai pengobatan.
“Harapannya pasien tersebut bisa menjalani pengobatan dengan rutin dan tidak putus obat, sehingga pasien sembuh. Hal ini penting karena pasien TB-RO ini untuk penularannya. Dengan pembentukan GARUDAKU diharapkan dapat berkontribusi pemantauan pendampingan.” Harap Supriyanto.
Program MSI yang sudah berjalan, kata Supriyanto, salah satunya melakukan investigasi kontak ke rumah-rumah pasien TB, sosialisasi edukasi penyuluhan di rumah tangga maupun di Sekolah, pondok pesantren dan perusahaan. Pendampingan pasien-pasien TB sampai sembuh. Selain itu juga MSI memberikan dukungan biaya transport (enabler) setiap bulan 600 ribu per pasien TB-RO.
“Kita terus bersinergi dengan pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan baik kabupaten/kota maupun provinsi untuk berkomitmen menskuseskan eliminasi TBC di tahun 2030,” jelasnya.
Hal senada disampaikan Koordinator Program SSR Mentari Sehat Kabupaten Brebes Zakiah Yasmin, bahwa organisasi mantan pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TB-RO) dengan nama Gerakan Paru Sehat dan Kuat (GARUDAKU) memiliki visi terwujudnya masyarakat di Kabupaten Brebes yang peduli pada kesehatan untuk Indonesia Bebas TBC.
“Misinya antara lain mendukung peningkatan kualitas hidup penyintas TBC dengan menyelenggarakan pendampingan dan pelatihan keterampilan, mendorong peran serta aktif penyintas TBC untuk bersama-sama terlibat dalam promosi, preventif, kuratif dan rehabilitatif pasien TBC. Mengembangkan sumber daya manusia penyintas TBC agar mandiri dan bermanfaat, meningkatkan kesadaran dan peran aktif penyintas TBC untuk mewujudkan derajat kesehatan dan kesejahteraan yang adil. Mendukung dan berkomitmen bersama-sama dengan pemerintah dalam percepatan eliminasi TBC. Mengembangkan kemitraan lintas program, lintas sektoral, swasta dan rumah sakit,” pungkasnya.
Pewarta : Hartadi