Viralnya Fajar Sad Boy, Ini Dampak Positif dan Negatifnya
Mitratoday.com – Jagat sosial media tengah diramaikan dengan kehadiran remaja asal Gorontalo, Sulawesi Selatan, Fajar Sad Boy.
Remaja dengan nama asli Fajar Labatjo ini terkenal karena tangisan dan curhatannya soal perjuangan cinta yang diabaikan oleh perempuan idamannya.
Hadirnya Fajar di sosial media dan televisi menarik perhatian berbagai pihak salah satunya kriminolog Haniva Hasna. Ia memberi pandangan soal sisi positif dan negatif dari tangisan.
Menurutnya, laki-laki yang menangis sering dianggap lemah dan cengeng. Anggapan ini justru dapat melukai kesehatan mental.
Padahal, menangis adalah hal normal bagi setiap orang, tak peduli apa pun gendernya. Laki-laki yang kerap diajari untuk tidak menunjukkan tangisannya berisiko menganut toxic masculinity.
Menangis merupakan respons terhadap penumpukan zat kimia stres secara emosional dan air mata membantu menghilangkan zat kimia tersebut. Menangis memiliki efek positif pada tubuh.
Namun, menangis jadi negatif ketika dilakukan di hadapan banyak orang dengan tujuan tertentu dan menimbulkan reaksi tertentu.
Emosi itu tidak bisa dihilangkan, perlu disalurkan. Pemilihan sikap dalam menyalurkan emosi ini membutuhkan kontrol diri yang baik.
Kriminolog yang karib disapa Iva juga memandang bahwa yang dilakukan Fajar adalah bentuk sadfishing.
“Postingan Fajar di media sosial bisa diartikan sebagai sadfishing. Sadfishing merupakan ungkapan emosional yang berlebihan yang dilakukan secara sengaja, seperti kesedihan, kesulitan, keluhan dengan tujuan untuk mendapat simpati atau perhatian dari orang lain,” kata kriminolog yang karib disapa Iva kepada Health Liputan6.com melalui pesan tertulis, Rabu 28 Desember 2022.
Bisa Picu Cyberbullying
Iva menambahkan, sadfishing menjadi lumrah dilakukan oleh orang-orang yang merasa terganggu secara emosional, sedang mengalami masa sulit bahkan pura-pura sulit.
Perilaku ini membawa dampak negatif terhadap pelaku, di mana orang lain akan memberikan stigma negatif terhadap kondisi orang yang melakukan sadfishing tersebut.
Dalam kasus Fajar, stigma negatif lain kemungkinan akan hadir terhadap pihak yang dimunculkan sebagai sosok yang membuat duka lara seorang Fajar. Yang dalam hal ini, orang lain yang memberi stigma ini tidak mengetahui kebenaran berita tersebut.
“Reaksi pengguna media sosial terhadap suatu hal cenderung acak dan impulsif. Respons ini bisa diwujudkan dalam komentar negatif yang berakibat pada cyberbullying (perundungan daring).”
Kondisi ini akan menambah beban berat bagi pelaku sadfishing. Yang awalnya hanya bermasalah dengan diri sendiri, setelah melakukan sadfishing menjadi korban cyberbullying dan stigma masyarakat.
Setingan atau Bukan?
Terkait setingan atau bukan, Iva mengatakan bahwa perlu penggalian lebih lanjut. Namun, sadfishing ini menjadi salah satu cara remaja dalam melakukan coping stress atau mengatasi stres, terlepas dipikirkan atau tidaknya dampak di kemudian hari.
Fajar yang baru menginjak usia 15 secara psikologis sedang dalam masa remaja. Ini merupakan periode penting dalam hidup karena suatu periode transisional, masa perubahan, masa usia bermasalah karena sedang mencari identitas diri.
Beberapa ahli menyatakan bahwa remaja sedang mengalami masa dreaded atau menyeramkan, masa unrealism, masa topan dan badai yang ditandai dengan penuh emosi dan meledak ledak. Hal ini bisa muncul akibat pertentangan nilai.
Emosi yang menggebu-gebu ini adakalanya menyulitkan baik bagi si remaja maupun orang-orang di sekitarnya. Namun, emosi yang meledak ini juga berguna bagi remaja dalam menemukan identitas diri.
Respons orang-orang di sekitarnya akan menjadi pengalaman belajar bagi remaja untuk menentukan tindakan apa yang kelak akan dilakukan ketika menghadapi kondisi tertentu.
Dampak bagi Remaja Lainnya
Sebenarnya, di dunia ini masih banyak remaja dengan perilaku yang sama, lanjut Iva, yang membedakan adalah seberapa beruntung remaja itu hingga kesedihan bisa menjadi keuntungan.
“Hal yang tidak baik justru ketika sikap Fajar ini dijadikan pembenaran serta ide baru untuk mendapat ketenaran dan cuan.”
Iva pun memberi kiat-kiat agar remaja terhindar dari sadfishing, yakni:
– Biasakan mengeluarkan perasaan atau curhat kepada orang yang tepat yaitu keluarga, teman, sahabat atau menuliskan dalam jurnal
– Bila sudah sampai tahap mengganggu mental, segera cari bantuan profesional seperti konselor dan psikolog.
Untuk menghadapi berbagai masalah, para remaja harus memiliki life skill untuk menunjang kehidupannya. Life skill itu antara lain fokus dan kontrol diri, mengelola frustrasi, kemampuan menimbang risiko dan menerima konsekuensi. Serta kemampuan melihat, menerima, menghormati perbedaan dan sudut pandang orang lain.