Tegal,mitratoday.com – Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Dr. Dewi Aryani, M.Si merespon langsung terkait keluhan yang disampaikan oleh perwakilan ulu-ulu dari Kecamatan Warureja, Suradadi dan Kramat (WaSuKra) Kabupaten Tegal.
“Sekitar dua Minggu yang lalu mereka datang ke rumah dan mengeluh kalau selama ini tidak ada yang memperhatikan mengenai solusi pengairan persawahan di Pantura. Akibat dari airnya kurang, mereka bisa panen satu tahun satu kali, tapi kalau airnya lancar normal mereka bisa panen setahun dua sampai tiga kali, bahkan mereka minta tolong untuk difasilitasi bertemu dengan pejabat-pejabat terkait karena mereka sudah beberapa kali minta ke Pemkab Tegal tidak direspon, bahkan setiap bulan mereka ada rapat antara ulu-ulu, mantri, dan kelompok-kelompok tani tapi ya hanya ditampung tidak ada tindak lanjut dan tidak direspon,” ungkap Dewi saat menggelar kegiatan “Dialog Pertanian” upaya meningkatkan produktivitas pertanian melalui pengelolaan pengairan lahan secara terpadu dan berkesinambungan bersama ulu-ulu dan petani wilayah WaSuKra (Warureja, Suradadi, Kramat) Kabupaten Tegal, Sabtu (17/6/2023).
Kegiatan “Dialog Pertanian” yang digelar di Bendung Cipero Desa Kedungjati Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal dihadiri Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tegal, para Kades, Ulu-ulu, Mantri dan para Kelompok Tani.
Menanggapi persoalan itu, Dewi langsung merespon dan menyampaikan, “Masalah pengairan di Pantura ini memang sudah berpuluh-puluh tahun pengairan selalu mengandalkan dari tadah hujan. Meskipun permasalahan ini bukan komisi saya, saya sebagai penggiat pertanian maka saya paham apa yang dirasakan oleh petani, perasaanya, pikirannya, harapannya, tangisnya. “Jadi akhirnya saya menghubungi Pak Ganjar Gubernur Jawa Tengah menyampaikan aspirasi, keluhan, dan harapan dari para petani,” ujarnya.
Kepada Pak Ganjar, Dewi menyampaikan yang pertama debit air yang dari Kali Rambut ke Pantura belum maksimum sesuai dengan yang dibutuhkan, harusnya 20 sampai 25 persen debit air yang di Kali Rambut Pemalang itu memang jatahnya dialirkan kesini tapi selama ini bolak-balik minta tersendat-sendat. Kemudian hal yang lain adalah pembinaan untuk petaninya, kemudian bagaimana pengairan itu lebih efektif, efisien, dan yang paling penting adalah berkesinambungan karena kaitannya dengan masa panen,” ujar politisi PDI Perjuangan dari Dapil 9 Jateng yang meliputi wilayah Kabupaten Tegal, Kota Tegal dan Kabupaten Brebes.
Dewi mengatakan kalau mereka punya harapan kalau bisa panen setahun tiga kali panen, jangka panjangnya kesejahteraan petani meningkat, kemudian potensi pertanian Pantura sebagai salah satu lumbung padi juga eksis. Karena di Wasukra (Warureja, Suradadi, dan Kramat) itu total sawah padi selain jagung dan tanaman yang lain itu hampir 10.000 hektar, maka 10.000 hektar kalau bisa panen setahun tiga kali Pantura bisa menjadi salah satu lumbung padi untuk Kabupaten Tegal, sementara ketahanan pangan sekarang menjadi sorotan Pemerintah Pusat apalagi Pak Jokowi memerintahkan, Pemda juga harus fokus bagaimana membangun ketahanan pangan di wilayah masing-masing. “Ketahanan pangan nasional itu tidak bisa berdiri sendiri, dia harus ditopang ketahanan pangan daerah-daerah maka akan mengerucut ketahanan pangan secara nasional,” tandas Dewi.
Pada kesempatan tersebut, Kadis Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Supriyanto, SP.,MP mengatakan terkait keterbatasan air untuk kita sikapi secara bersama-sama. “Jadi apa yang menjadi keluhan petani agar disampaikan secara damai agar kita bisa diselesaikan dengan baik. Menurutnya, kekompakan dilapangan menjadi kekuatan yang luar biasa,” ujarnya.
Sementara, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah Gunawan menyampaikan air merupakan sumber kehidupan yang luar biasa, tapi ada prioritas, selain manusia, juga pertanian dan irigasi,” ujarnya.
Terkait fenomena sekarang, Gunawan menyampaikan bahwa kedepan ada El Nino, masyarakat jangan kaget karena sesuai perencanaan air akan berkurang. El Nino adalah salah satu fenomena terkait Suhu Muka Laut (SML) yang terjadi di Samudera Pasifik. Fenomena El Nino ini mampu memicu dampak terhadap cuaca di wilayah yang terdampak. Termasuk wilayah Indonesia yang tak jarang terdampak oleh El Nino.
Gunawan menjelaskan, Waduk Cipero merupakan kewenangan dari Pemerintah Pusat yang diwakili BBWS Pemali Juana. Di provinsi, dinas kami hanya diberi tugas sebagai bantuan untuk pemeliharaannya saja. Bendung Cipero mempunyai luas areal mengairi 7634 hektar, mengairi Kecamatan Warureja 3740 hektar, dan Kecamatan Suradadi 3894 hektar,” jelasnya.
Perwakilan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tegal Aji menyampaikan bahwa Ulu-ulu dengan petani satu kolaborasi yang luar biasa, bapak-bapak yang hadir disini adalah pahlawan pangan orang-orang hebat. Di Kabupaten Tegal pengguna Bendung Cipero ada dua kecamatan yaitu Kecamatan Warureja dan Suradadi, Alhamdulillah kondisinya baik-baik saja. Oleh karena itu, Aji berpesan sistem gilir itu untuk ditaati, karena ini sangat penting supaya tanah itu gembur jadi mudah meresap air.
“Mari kita gotong-royong, saling ada toleransi sehingga sistem gilir ini merupakan salah satu cara mengatasi untuk kekeringan. Gunakan pupuk organik, jangan menggunakan pupuk kimia. Kalau itu tidak dilakukan maka tanahnya keras dan tolong jerami jangan dibakar. Juga menjaga perilaku kita terhadap alam,” pesannya.
Pewarta : Hartadi