Mitratoday.com – Syekh Muhammad Ali Idris, Ketua Dewan Mursyid Tarekat Naqsyabandiyah Indonesia Asuhan Buya Syekh Muhammad Rasyidsyah Fandi yang memiliki banyak Mursyid di Indonesia ini, telah menjelaskan bahwa tarekat itu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Karena tarekat sesungguhnya adalah jalan, cara atau metode bagi seorang hamba agar dapat menuju kepada Allah dengan istiqomah secara terus menerus di dalam jalan itu, hingga seorang hamba tersebut akan sampai kepada Tuhannya. Dalam pandangannya, Agama itu adalah Media (Alat dan Sarana) yang menjadi pedoman utama agar seorang hamba dapat benar-benar taat, patuh dan taqwa hingga benar-benar sampai kepada Allah, Tuhan Rabbul Alamin.
Untuk itulah, bagi siapapun hamba yang beriman, amat membutuhkan sebuah tarekat atau jalan yang dapat menghantarkan diri seorang hamba tersebut benar-benar menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya hingga ia menjadi baik dan benar, selamat dan mulia, dunia dan akhirat.
Tarekat itu adalah nama lain dari sebuah tata cara belajar dan mendapatkan pendidikan bagi seorang hamba untuk lebih mengenal dan secara berkelanjutan dapat amat sangat dekat kepada Allah. Mengikuti tarekat sudah seharusnya menjadi kebutuhan oleh seluruh masyarakat muslim. Karena nilai dan pelaksanaan ibadah yang sesungguhnya dapat dipertemukan dengan tuntunan syariat agama yang selama ini telah menjadi pedoman hidup dalam berkhidmat dan taat kepada Allah.
Di dalam tarekat, seorang muslim akan dihadapkan kepada seorang guru pembimbing, yang nantinya akan selalu menuntun dan mengajarkan segala sesuatu tentang hakikat kehidupan dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Tuntunan tersebut, bermula dari dikembalikannya posisi hati dan jiwa seorang muslim untuk memegang kembali janjinya kepada Allah dengan melaksanakan Mubayy’iah Al-Zikri, yakni mengambil kembali haknya dengan sungguh-sungguh dan berjanji setia kepada Allah dengan tidak terlepas lagi akan zikir kepada-Nya.
Kesungguhan tersebut, adalah bukti keikhlasan pengakuan atas Tauhid yang tunggal dari esanya Allah yang tiada duanya serta pengakuan terhadap Rasulullah SAW sebagai utusan yang menyampaikan Risalah kebenaran Iman, Islam dan Ikhsan.
Melalui tarekat inilah, kebenaran kepercayaan dan keyakinan seorang muslim akan semakin terbuka luas dan terang benderang dan dengan sendirinya apabila tertuntun oleh guru yang membimbingnya.
Amal ibadahnya juga akan semakin terbuka lapang, seiring dengan kekuatan keteguhan membersihkan hati dalam meningkatkan spiritualitas penghambaan yang sesuai dengan tuntunan syariat dan terlepas dari semua kehendak yang tidak ada dasarnya. Disamping itu, tidak akan terjadi taklid terhadap sesuatu yang selama ini dianggap benar atau karena kebenaran sepihak atau sebaliknya. Karena sesungguhnya kebenaran itu hanyalah milik Allah, seorang hamba hanya akan mendapatkan tetesan kecil dari kebenaran itu. Sedangkan selaku manusia, seorang hamba hanya mampu menerima dengan qona’ah dan berusaha sesuai dengan qodrat dan iradatnya dalam beribadah dan dalam menjalankan hidup.
Tarekat sebagai sebuah metode pembelajaran tentang ketauhidan dan implementasi ibadah, merupakan ruang lingkup yang sesungguhnya menjadi kebutuhan banyak orang untuk menemukan secara sempurna nilai-nilai ibadah kepada Allah. Karena itu, tarekat dalam hal peribadahan benar-benar mengikuti ajaran dan hukum Allah serta tuntunan para Nabi dan Rasul-Nya beserta seluruh Auliya dan Ulama penerusnya.
Adapun bentuk pembelajaran atau pendidikan di dalam tarekat, menekankan pada tekunnya beribadah dan berzikir dalam membersihkan diri dari segala anasir dosa tanpa terkecuali. Selanjutnya, memperbaiki diri dengan menegakkan akhlakul kharimah terhadap diri sendiri, sesama muslim, sesama manusia, hewan, tumbuhan dan alam semesta. Menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban manusia yang berbeda-beda sebagai sebuah haq mutlak Allah yang menjadikannya.
Dalam pembelajaran tarekat, memiliki dan menyandarkan diri kepada guru pembimbing amatlah di utamakan, karena hal ini akan berhubungan dengan keadaan atau situasi ruhani seorang muslim yang tengah memulai perjalanan ketaatannya. Hal ini berguna agar seluruh muslim yang belajar, tidak salah dalam mengartikan dan menjalankan ajaran dan hukum Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, ruhani seorang muslim di didik dengan keras agar dapat melawan ke dalam dirinya dari segala sifat-sifat mazmumah yang menyebabkan seorang muslim tertipu pada duniawi dalam bentuk apapun. Kemudian menggantinya dengan seluruh sifat-sifat mahmudah yang ditanamkan sungguh-sungguh ke dalam diri dan lubuk hati agar selalu menjadi contoh dalam keadaan apapun.
Pembelajaran tarekat, dilakukan secara perlahan tetapi pasti.
Hal ini diperuntukkan agar dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah tidaklah terbawa rasa dan pandangan kehambaan yang dipuja. Karena sesungguhnya kekuasaan mutlak berkeyakinan itu dalam beragama hanya disandarkan kepada Allah semata-mata.
Seorang muslim juga dituntut agar selalu mawas diri dan sadar diri, dimana ia telah dilahirkan dimuka bumi ini. Karena itu, seorang muslim wajib mencintai seluruh makhluk Allah, terutama hidup damai dalam mencintai tanah air, saling menghargai dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Intinya, adalah menjadi pribadi muslim yang tekun dalam meninggikan kualitas ibadahnya dan takut melakukan kesalahan dan dosa karena Allah. Kewajiban ini dapat dilakukan hanya karena ingin benar-benar merasakan kedekatan kepada Allah dan tak ingin terlepas lagi daripada-Nya.
Perlu diketahui bahwa, seluruh pelaku tarekat adalah mereka yang memiliki guru pembimbing agar tidak tersesat dalam mereguk nikmatnya ibadah kepada Allah dan mengambil hikmah dari Rasul-Nya. Alasan ini berlaku agar setiap muslim yang bertarekat, tidak tersesat di jalan yang terang dalam melaksanakan kemurnian ibadah.
Abu Ali Ad Daqqaq menyatakan; ”Barangsiapa tidak ditarbiyah oleh seorang syeikh, maka ia bagaikan tanaman yang tumbuh di padang pasir tanpa dirawat, ia tidak berbuah, dan jika berbuah buahnya tidaklah lezat.” (Syiraj Adz Dzulumat, hal. 79).
Imam Al Ghazali menegaskan,
“Dan haruslah bagi seorang salik (murid) memiliki syeikh yang mentarbiyahnya, membimbingnya menuju jalan Allah. Karena Allah mengutus untuk hamba-hamba-Nya seorang rasul untuk membimbing ke jalannya. Maka tatkala beliau meninggalkan dunia, maka diteruskan oleh para penerusnya di posisinya dalam rangka membimbing para makhluk menuju Allah Ta’ala.” (dalam Ayyuhal Walad, hal. 60).
Dengan memiliki seorang guru pembimbing yang selalu menuntun dan mengarahkan keadaan amal sholeh seorang muslim, maka peramalan yang dilakukan dapat menghancurkan leburkan kebatilan dalam diri serta membakar semua dosa dan maksiat yang sengaja atau tidak sengaja dapat dilakukan oleh manusia hanya karena gemerlapnya pandangan duniawi yang menipu.
Selanjutnya dengan keikhlasan hati karena Allah selalu tekun berlatih dan melakukan amalan zikir yang telah diajarkan oleh guru pembimbing secara tertata dan teratur guna selalu membentengi diri dan mensucikan diri dari segala godaan setan yang terkutuk serta selalu dan selalu mengharapkan ridho Allah.
Akhirnya, tarekat sebagai sebuah tata cara murni seorang hamba dalam mengelola ketundukan kepasrahan dan kehinaan diri di hadapan Allah, adalah sebuah pendidikan yang sangat cemerlang untuk dipelajari dan di ambil intisarinya secara langsung oleh semua muslim dimanapun berada. Melalui tarekat dan semua proses peningkatan iman di dalamnya, akan tercipta sebuah kondisi jiwa (batin) yang betul-betul dapat merasakan nikmat iman, Islam dan Ikhsan yang tiada tara kepada Allah.
Lebih dari itu, tarekat sebagai sebuah media pendidikan dalam menjalankan kemurnian ibadah, dapat menghantarkan hamba yang beriman menjadi lebih peka dan sadar akan peran dan fungsinya hidup dimuka bumi ini, hingga akhirnya seorang muslim akan tersenyum menuju keselamatan hakiki ke dalam peraduan terakhir bersama Allah.
Oleh : Romi Chandra
Penulis : Guru Pembimbing Ruhani Wilayah Pesisir Selatan.
Tarekat Naqsyabandiyah Indonesia Asuhan Buya Syekh Muhammad Rasyid Syah Fandi.