AdvertorialBengkuluDaerahHeadline

Sambut Hari Raya Nyepi, Mian Lepas Pawai Seni Ogoh-Ogoh

BENGKULU UTARA, mitratoday.com – Bupati Bengkulu Utara Ir.Mian, melepas peserta Pawai Seni ogoh–ogoh di Pura Kota Arga Makmur, Kamis (15/3). Hal tersebut ditandai dengan pemukulan gong sebagai tanda menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1940, tahun 2018 yang akan jatuh pada Sabtu 17 Maret 2018.

Peserta parade Ogoh-Ogoh ini diikuti sebanyak empat kelompok desa adat yang terdiri dari Dewa Ayu dari Desa Sumber Agung, Tri Cecek dari Desa Rama Agung, Desa Kuro Tidur dan Puncak Harapan dari Desa Tanjung Raman.

“Sebagai wujud persatuan keberagaman suku dan umat beragama di indonesia yang beridentitas Bhinneka Tunggal Ika. Tahun lalu, tahun ini dan ke depan agenda ini menjadi agenda rutin tahunan,” ujar Mian.

Dikatakan Mian, Bengkulu Utara harus dijaga kerukunan dan keharmonisan antar umat antar suku.

“Karena untuk kerja bersama dalam membangun kabupaten dan negara tercinta kita sangat diperlukan kerukunan dan keharmonisan antar umat,” sambungnya.

Pawai tersebut berlangsung pukul 13.00 WIB sepanjang jalan protokol argamakmur dan kembali ke pura rama agung kota Arga Makmur.

Ketua Parisade Hindu Dharma Indonesia (PHDI) BU, Made Astawa menuturkan ada 5 ogoh-ogoh yang mencerminkan sifat buruk manusia.

“Ogoh-ogoh tersebut diarak keliling setelah itu ogoh-ogoh tersebut kita bakar,” kata Made.

Made Astawa mengatakan, menyambut tahun baru Saka 1940 berbagai macam rangkaian kegiatan yang dilaksanakan seperti diawali dengan kemeriahan ogoh-ogoh yang menyimbolkan Buta Makala yaitu waktu pada saat buta yang mudah-mudahan tidak terjadi dilanjutkan dengan pembersihan (Pecaruan) dengan melasti (sedekah bumi/ pengorbanan lingkungan) yaitu menghanyutkan yang tidak baik menjadi baik kemudian dilanjutkan, sembahyang agar terciptanya keselamatan bersama dan kesejahteraan akan timbul,

kegiatan Ngerupuk dilakukan agar Buta kala Pergi.

Sedangkan untuk pagi harinya (Sabtu) jam 6 pagi melakukan nyepi dengan menyalakan catur brate penyepian (4 pengendalian dalam keheningan) yakni Mati Genih tidak menghidupkan Api dalam diri (nafsu), Amati lelungan (tidak bepergian), Amati Lelangan (Hiburan tidak dibenarkan) dan Amati Karye (Sama sekali jangan bekerja).

Prosesi nyepi ini dilakukan selama 24 jam penuh yakni pukul 6 pagi (sabtu) sampai keesokan harinya pukul 6 pagi yang beliau menjelaskan tujuan nyepi ini sendiri adalah agar lebih baik.(ADV)

Bagikan

Rekomendasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button