Blitar,mitratoday.com – Kematian seorang siswa berusia 14 tahun dari MTS Plus Al Mahmud, Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, meninggal dunia setelah terkena lemparan kayu berpaku yang diduga dilakukan oleh seorang ustadz berinisial (U). Insiden tragis ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai penanganan medis di RSUD Srengat, yang dianggap tidak maksimal dan lamban dalam menangani korban.
Peristiwa yang terjadi sekitar seminggu yang lalu tersebut ketika korban, berinisial (K) tengah bermain bulutangkis bersama teman-temannya pada waktu sholat dhuha. (U), yang diduga kesal karena para siswa tidak segera melaksanakan sholat, melemparkan bilah kayu berpaku yang mengenai bagian belakang kepala korban. Siswa tersebut langsung pingsan dan dibawa ke RSUD Srengat untuk mendapatkan pertolongan medis.
Setibanya di RSUD Srengat sekitar pukul 07.00 WIB, keluarga korban merasa penanganan medis sangat lambat. Korban baru dirujuk ke RSUD Kabupaten Kediri sekitar pukul 14.00 WIB, setelah penanganan awal di RSUD Srengat dinilai tidak memadai. Salah seorang saksi yang mengantar korban mengungkapkan kekecewaannya terhadap pelayanan di rumah sakit tersebut, mengingat nyawa korban dipertaruhkan.
“Maksud saya, ini kan masalah nyawa. Korban dibawa ke RSUD Srengat sekitar jam 07.00 WIB, tapi baru dirujuk sekitar jam 14.00 WIB,” ujar salah seorang saksi.
Dilansir dari berbagai sumber, seorang ustadz yang turut mengantar korban ke rumah sakit menyatakan, “Seandainya pihak rumah sakit memberikan tindakan dan pelayanan lebih awal, kemungkinan besar nyawa korban bisa diselamatkan.”
Pihak rumah sakit di Kediri juga menyayangkan kondisi korban yang belum mendapatkan pertolongan medis sejak pagi, meski kepala korban mengalami pendarahan hebat. “Kondisi korban seperti ini tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi. Mestinya di rumah sakit Srengat korban sudah mendapatkan pertolongan pertama,” ujar salah satu tim medis RS Kediri, seperti ditirukan oleh ustadz tersebut.
Sementara itu, Direktur RSUD Srengat, dr. Baihaqi , membantah tudingan bahwa pihaknya lamban dalam menangani kondisi darurat. Menurutnya, pihak IGD RSUD Srengat telah melakukan penanganan sesuai dengan prosedur, termasuk melakukan stabilisasi pasien sebelum merujuknya ke rumah sakit yang lebih besar.
“IGD langsung menangani kegawatdaruratan. Perkiraan pasien datang sekitar jam 07.00 WIB dan dirujuk ke RSUD Kabupaten Kediri sekitar jam 14.00 WIB setelah dinilai transportable,” jelas Baihaqi. Jumat (27/09/24) melalui pesan Whatsapp.
Ia menegaskan bahwa prosedur stabilisasi pasien sangat penting sebelum merujuk korban ke rumah sakit lain, terutama dalam kasus yang melibatkan cedera serius pada kepala.
Saat ini, penanganan kasus ini kini telah dilimpahkan ke Polres Blitar Kota untuk penyelidikan lebih lanjut, mengingat korban masih berstatus anak di bawah umur. Kapolsek Ponggok, AKP Sujarwo, menegaskan bahwa kasus ini ditangani dengan serius.
“Kami pihak Polres Blitar sudah mengambil langkah hukum terkait kasus ini. Termasuk memanggil dan memeriksa pihak pihak-pihak yang terkait hal ini,” kata Kasi Humas Polres Blitar, Iptu Syamsul.
Adanya, kejadian ini tidak hanya memicu keprihatinan atas tindakan kekerasan di sekolah, tetapi juga membuka diskusi luas mengenai kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Srengat. Keluarga korban dan masyarakat sekitar berharap kejadian ini menjadi momentum bagi pihak rumah sakit untuk meningkatkan standar pelayanan, terutama dalam penanganan kasus-kasus darurat yang melibatkan anak-anak.
Kasus ini juga menambah kekhawatiran masyarakat Blitar mengenai akses cepat dan responsif terhadap perawatan medis, khususnya dalam situasi darurat yang membutuhkan tindakan segera.
Pewarta : Novi ‘
Editor : Desty Dwi Fitria