Tradisi nyadaran gunung desa Silurah merupakan kekayaan budaya turun temurun yang dilakukan masyarakat desa Silurah batang, Jawa Tengah tepat hari itu Jum’at kliwon, bulan Jumadil Awal setiap tahunnya. Hari itu dianggap sempurna karena jumat sendiri, melambangkan kesucian, kliwon atau asih ditandai kasih sayang, sedangkan bulan Jumadil Awal merupakan, penanda masa peralihan.
Warga sangat antusias dalam mengikuti acara tersebut, mendatangi lereng gunung ranggakusuma, di bawah hutan terlarang.
Dalam setiap tradisi tak terlepas dari pakaian yang mereka pakai. Untuk laki laki sendiri mengenakan pakaian surjan lengkap dengan udeng wulung atau kain yang diikat di kepala.
Sedangkan wanita memakai kebaya lengkap dengan membawa bakul berisi makanan khas setempat.
“Ini sudah menjadi tradisi turun temurun dari leluhur yang dilakukan masyarakat setiap setahun sekali, yang tak lain sebagai wujud syukur masyarakat kepada alam dan juga sang pencipta,” terang Kepala Desa Silurah, Suroto saat ditemui, Jumat 10 Desember 2021.
Nyadaran gunung ini sendiri, merupakan wujud syukur masyarakat kepada alam dan juga Tuhan Maha Esa yang telah dilakukan turun temurun dari leluhur yang dilakukan masyarakat setiap tahunnya.
Dalam tradisi tersebut perangkat desa bersama tokoh masyarakat pada malam sebelumnya melakukan ider-ider yaitu mengelilingi desa dengan membaca doa.
Lebih lanjut, ketua desa menyerahkan kambing atau kerbau bule yang akan dikorbankan yang nantinya dagingnya akan dimasak untuk dinikmati oleh warga sekitar di alam terbuka.
Sementara, kepalanya akan dikuburkan di lereng kaki gunung ranggakusuma.
Tak lama, kemudian terdengar irama khas desa pesisiran mulai mengalun mengiringi perempuan-perempuan cantik berbusana penari ronggeng muncul di tengah kerumunan yang menandai acara tersebut akan usai.