Ketua SMSI Bengkulu Jadi Pembicara di Forum Internasional
Padang, mitratoday.com – Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Bengkulu Dr Rahimandani didaulat menjadi salah satu pembicara di forum ilmiah internasional yang digelar di Padang, Sumatera Barat dalam Annual International Conference on Islamic Economic dan Social Science.
Kegiatan itu diselenggarakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat pada 28-29 November 2018. Selain Dr Rahimandani, hadir juga doktor muda asal Bengkulu yakni Dr Qolbi Khoiri yang merupakan dosen Pascasarjana IAIN Bengkulu. Rahimandani sendiri merupakan dosen Pascasarjana Universitas Prof Hazairin Bengkulu.
Kedua doktor asal Bengkulu itu dengan percaya diri menjadi pembicara forum yang juga dihadiri hampir 200 pembicara dan peserta dari berbagai perguruan tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri.
Untuk pembicara dan peserta dari luar negeri, yang hadir diantaranya dari negara Malaysia, Thaland dan Australia. Sedangkan dari dalam negeri bukan hanya perguruan tinggi negeri saja, namun juga perguruan tinggi swasta. Mereka hadir dengan menyampaikan tema tentang keilmuan dibidang ekonomi Islam dan ilmu sosial.
Kedua dosen yang juga aktivis tersebut membawa paper yang berjudul “Reposition Kiyai at Pesantren in Political Dinamics”, sebuah tema yang aktual dikemukakan saat ini. Tema itu sengaja diangkat berdasarkan hasil penelitian yang telah mereka lakukan sebelumnya.
Menurut Rahimandani yang juga menjadi Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Bengkulu ini, dinamika politik kebangsaan saat ini sangat dipengaruhi oleh preferensi yang dalam penelitian ini ditemukan pola mazhab Colombo, dimana pemilih menentukan pilihan karena dipengaruhi oleh faktor sosiologis, agama, etnis dan lain sebagainya.
Kiai menurut hasil penelitian mereka, sebagaimana yang dijelaskan Qolbi sangat berperan penting dalam pembentukan dinamika politik kebangsaan saat ini, menurut perannya kiai sebagai sentral figur yang berada dilingkungan sosial dan mengelola pesantren mesti memposisikan dirinya kembali sebagai agent of change dan agent of social control bagi perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik dengan strategi high politik, bukan justru terlibat pada politik praktis yang cendrung mendistorsi fungsi dan peran idealnya.
Dua doktor yang konsen pada politik dan pendidikan itu berharap, dengan kegiatan yang digelar dapat memacu riset-riset yang lebih komprehensif dalam rangka mengembangkan keilmuan dan dapat berkontribusi bagi masyarakat luas.
Lebih lanjut menurut Rahimandani, dengan hasil-hasil penelitian dan riset itu kemudian dapat dijadikan rujukan bagi para pemangku kebijakan dan pembuat regulasi, sehingga hasil dari produk hukum pemerintah dibidang sosial, ekonomi dan politik dapat berlaku kontekstual dan komprehensif. [Rilis]