Blitar,mitratoday.com – Mundurnya Wakil Bupati Blitar H Rahmat Santoso, S.H.M.H yang sering disapa Makdhe Rahmat banyak yang merasa kehilangan dikalangan masyarakat Kabupaten Blitar.
Meskipun mundurnya Makdhe Rahmat adalah perintah konstitusi pencalonannya sebagai Caleg DPR RI dari Partai Amanat Nasional Jatim IX Bojonegoro, dan Tuban. Namun, diproses pengundurannya menjadi hal fenomenal di Kabupaten Blitar.
Karena Selama Pemerintahan Kabupaten Blitar di pimpin Bupati Rini Syarifah dan Rahmat Santoso sebagai wakilnya lah yang selama ini dikenal lebih dekat dengan rakyat bahkan dengan Media dan LSM.
Bersamaan dengan mundurnya Rahmat Santoso mulai muncul dugaan-dugaan ketidakharmonisan dan ketidakprofesionalan sistem tata kelola Pemerintahan Kabupaten Blitar dibanyak Organisasi Perangkat Daerah, juga dugaan-dugaan penyimpangan penyelenggaraan proyek di Kabupaten Blitar.
Diantaranya RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Rp. 27.580 Milyar, Lelang proyek jembatan Rp. 12,608 Milyar, Proyek Puskesmas Kecamatan Talun Rp. 8 Milyar, Pengadaan Alat Tulis Kantor Kabupaten Blitar bahkan dugaan penguasaan dan pengelolaan sumber air secara ilegal oleh PDAM Kabupaten Blitar.
Disisi lain Bupati Blitar Rini Syarifah di beberapa media menyampaikan bahwa Pemkab Blitar tidak terpengaruh dengan mundurnya Rahmat Santoso sebagai Wakil Bupati.
Mengomentari hal tersebut, Ketua LSM LASKAR (Lembaga Swadaya Kerakyatan) Swantantio H.I akrab dipanggil Tio menyatakan bahwa saat ini rakyat Kabupaten Blitar ibarat KUTHUK KELANGAN BABON (anak ayam kehilangan induknya).
Menurutnya, Makdhe Rahmat adalah sosok pemimpin yang bisa mengerti, tahu dan memahami keadaan rakyat.
“Selama lebih kurang 33 bulan ini yang saya amati dia sering turun ke bawah, peduli dan kooperatif dengan rakyat, juga teman-teman Media dan LSM,” ucap Tio.
Tidak seperti Bupati yang ia anggap hanya suka acara seremoni dan Anti komunikasi serta menanggapi pendapat beberapa kalangan tentang diambil panggungnya Bupati Blitar oleh Wakilnya.
Tio menyatakan, Rakyat Kabupaten Blitar sudah bosan dan tidak butuh dipimpin orang-orang pintar, yang dibutuhkan rakyat adalah pemimpin yang Mbeneh (baik hati), Mbeneh Iso Ngemong Rakyat atau yang bisa membawa nyaman dan sejahtera. Tidak cuma bisa bermain kata-kata yang malah membuat rakyat menderita.
“Yang saya tahu selama kepemimpinan Bupati Rini Syarifah ketika teman-teman LSM atau Kelompok masyarakat menyampaikan aspirasinya melalui Forum Demonstrasi, Makdhe Rahmatlah yang menemui dan bisa diajak komunikasi. Beberapa warga ada masalah juga dia yang on time, teman- teman Perangkat Daerah ada masalah juga dia yang all out membantu cari solusi,” jelas Tio.
Juga terkait pemberitaan media, kata Tio Makdhe juga yang kooperatif, dan saat sekarang dia mundur menjadi Wakil Bupati karena maju menjadi caleg dari Partai PAN DPR RI Jatim IX, itu adalah hak beliau sebagai warga negara.
“Itu adalah kewajiban konstitusi beliau, namun yang jelas saat ini rakyat Kabupaten Blitar kehilangan sosok Bapak yang MBENEH.” Ujarnya.
Lanjutnya, kalau hal ini tidak segera disikapi secara bijaksana oleh para punggawa Pemkab Blitar, terutama Bupati sebagai pemegang tongkat komando, ia sampaikan mungkin agak kurang baik kedepannya.
“Terbukti, beberapa waktu lalu teman-teman media sudah melakukan aksi demonstrasi, dan apakah pada saat itu Bupati menemui? tidak toh. Begitu kok kata Bupati mundurnya Wakil Bupati tidak berpengaruh dan Wakil Bupati mengambil alih panggungnya beliau,” Tegas Tio.
Mengenai persoalan-persoalan yang ada, Tio katakan dengan tegas sebaiknya Bupati Rini Syarifah mundur juga dari jabatannya. “Karena rakyat juga kecewa dengan kepemimpinannya. Seharusnya beliau malu dengan kegagalan semua program visi misinya selama ini.” tandas Tio.
Perlu diketahui, LSM LASKAR yang dikomandani Tio saat ini juga menangani beberapa temuan dugaan penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Blitar dan bahkan sudah ada beberapa dugaan kasus menjalani proses hukum di Kejaksaan Negeri Blitar.
Pewarta : Novi