Bengkulu, mitratoday.com – Sabtu (24/11/18) Wakil Ketua Pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Kota Bengkulu, Erlan OKtriandi, MH mengemukakan pendapatnya terkait pengertian politik. Dia mengatakan bahwa pengertian politik tidak sekeruh pikiran banyak orang sehingga apatis terhadap politik di Aula Hotel Putri Gading Kota Bengkulu.
Hal itu disampaikan Erlan saat memberikan materi di hadapan puluhan kader Tunas Indonesia Raya (TIDAR) yang merupakan salah satu sayap Partai Gerindra dengan tema Muda dan Politik Masa Kini.
Politik yang diibaratkan serupa kegiatan jahat dan menekan proses kenegaraan adalah persepsi yang salah. Erlan yang juga sebagai pembina Tidar provinsi, menyebut tidak ada yang salah dalam politik. Politik hadir memberikan ilmu tentang tata Negara dan pengayoman untuk masyarakat.
“Banyak orang mengatakan bahwa politik itu kotor, politik itu jelek, politik itu tidak baik. Sangat disayangkan dengan pemahaman yang demikian. Politik adalah ilmu tentang negara, tentang pemerintahan, atau pengetahuan tentang kehidupan bernegara,” ujar Erlan saat menyampaikan materi.
Lebih lanjut kata Erlan, politik yang kerap dikonotasikan buruk, terkadang hadir dari oknumnya sendiri. Beberapa orang kerap salah niat ketika memutuskan diri untuk terjun ke ranah politik, tidak hanya itu beberapa dari mereka kadang kerap menyalahgunakan jabatan yang diperoleh, sehingga secara keseluruhan, masyarakat yang menjadi pemerhati politik berkesimpulan bahwa politik merupakan kegiatan yang semena-mena.
“Kata politik itu berasal dari bahasa Yunani Polic. yang artinya bentuk pemerintahan yang tertata. Itulah arti Politik, sehingga orang yang ahli kenegaraan disebut politikus. Maka jangan artikan politik sebagai akal-akalan sehingga orang yang ahli politik atau berkecipung didunia politik dikonotasikan atau diartikan sebagai orang yang pintar ngakali. itu arti atau asumsi yang keliru,” tegas pria yang juga menjabat Ketua Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila Kota Bengkulu.
“Itu sebenarnya adalah fakta atau perilaku yang memang ada atau terjadi pada oknum atau orang -orang pelaku politik. Jadi bukan Politiknya yang jelek, tapi orangnya, personnya, kelompoknya, organisasinya,” sambung Erlan.
Tidak hanya itu, menurut Erlan, Indonesia yang berlandaskan Pancasila, tidak seharusnya menganut politik kotor, namun cara perebutan kekuasaan terkadang menjadi alasan hal itu hadir. Saat pesta demokrasi maupun saat sistem pemerintahan berjalan.
“Indonesia tidak harus terjadi praktik-praktik yang kotor, yang harus dilakukan untuk eksis atau bisa mendapat tempat guna memegang kekuasaan, guna meraih posisi dalam Pemerintahan. Karena apa, Negara Kita adalah Negara yang berdasarkan pancasila, negara yang menjunjung tinggi asas Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Negara yang Berketuhanan Yang Maha Esa,” bebernya.
Jika memang politik itu dinilai kotor, kata Erlan, didalam perguruan tinggi tidak akan ada ilmu-ilmu yang mempelajari dunia politik dan sosial. Adanya ilmu tentang politik dan sosial, serta hadirnya politikus-politikus yang handal, menjadi bukti bahwa ilmu politik adalah salah satu unsur yang sangat dibutuhkan keberadaannya, disusul ilmu hukum yang memayunginya.
“Bedakan antara Ilmu Politiknya dengan oknum yang haus kekuasaan sehingga sampai melakukan cara-cara yang menyimpang dari dasar Negara kita Pancasila, jangan benci pada kata politik, ilmu politik malah diajarkan di dunia pendidikan, ada fakultas ilmu sosial politik kan?” demikian Erlan. (Rilis/Dian)