Tegal,mitratoday.com – Upaya meningkatkan deteksi dini dan penemuan kasus Tuberkulosis (TBC) di kelompok rentan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal bekerja sama dengan USAID Bebas TB Provinsi Jawa Tengah melaksanakan kegiatan Active Case Finding (ACF) atau kegiatan penemuan kasus Tuberkulosis (TBC) secara aktif di masyarakat yang diadakan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Slawi, Jumat (19/7/2024).
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan skrining TBC dengan penggunaan Chest X-Ray (CXR) dan Tuberculin Skin Test (TST) terhadap 100 Warga Binaan, mengingat kelompok ini termasuk dalam kategori rentan terhadap penularan TBC.
Skrining TBC ini terdiri dari pemeriksaan fisik, anamnesa, tes mantoux, tes dahak, rontgen dan sekaligus pengetesan HIV.
Melalui kegiatan ini, diharapkan kasus-kasus TBC dapat ditemukan lebih awal sehingga penanganan dan pengobatan bisa dilakukan segera.
Saat ditemui di lokasi, Kepala Bidang Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, Sarmanah Adi Muraeny, menuturkan bahwa Kasus TBC di Kabupaten Tegal selama bulan Januari sampai dengan Juni 2024 ditemukan sebanyak 2.840 TB SO dan 37 TB OR. Sedangkan estimasi kasus TBC di Kabupaten Tegal menurut Kementrian Kesehatan terdapat 6.913 kasus.
“Kita harus berupaya untuk menemukan sebanyak itu, salah satunya dengan kegiatan ini. Jadi, kita baru menemukan sekitar 40 persen kasus dari estimasi tersebut,” jelas Sarmanah.
Sarmanah juga berpesan kepada masyarakat Kabupaten Tegal jika mengalami batuk berdahak selama seminggu segara periksa di puskesmas terdekat.
Dirinya juga menjelaskan gejala TBC antara lain mengalami batuk berdahak, sesak nafas, keringat dingin pada malam hari, demam, nafsu makan menjadi turun bahkan jika sudah parah akan mengalami batuk darah.
“Jangan sampai sudah ada gejala yang lain. Jika mengalami batuk berdahak segera periksa, lebih dini lebih baik,” ujarnya.
Selain melakukan kegiatan skrining di Lapas Slawi, Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal juga berencana melakukan ACF di perusahaan dan sekolah se-Kabupaten Tegal. Untuk pemeriksaan di sekolah hanya dilakukan pada tahun ajaran baru dengan penjaringan di kelas satu baik di tingkat SD, SMP atau SMA sederajat oleh Puskesmas.
Ditempat yang sama, Kasubsi Perawatan Narapidana dan Anak Didik Lapas Kelas IIB Slawi Akhmad Budi Hermanto menyampaikan bahwa untuk penanganan TBC di Lapas Slawi ini terdapat ruang isolasi. Ruang isloasi ini berupa kamar khusus untuk warga binaan yang terkena TBC untuk membatasi atau mencegah penularan.
“Yang TBC diberikan kamar khusus namun dia juga diberikan haknya, misalkan dia harus olahraga kecil atau berjemur tetapi diatur waktunya, adapun kita batasi di blok yang memang minim populasinya,” kata Budi.
Budi juga menuturkan bahwa Lapas sebagai area kelompok rentan yang notabennya susah dalam membatasi ataupun meminimalisir penularan ketika ada yang terkena tapi tidak terkonfimasi atau tidak terskrining dengan baik, karena satu kamar di Lapas dengan kapasitas tinggi dapat diisi oleh 15 sampai 20 orang.
“Kami juga sudah memulai meminimalisir dengan misalkan menempatkan warga binaan yang tidak merokok di kamar bebas rokok sendiri,” ungkapnya.
Pewarta : Hartadi