Berebut Massa Mengambang Di Hari Tenang
Oleh Ali Irfan, S.Pd.I., M.Pd Dosen Politeknik Pancasakti Tegal
Kota Tegal, mitratoday.com – Jumat (22/11/2024), Masa tenang Pemilihan Kepala Daerah Kota Tegal akan berlangsung mulai tanggal 24-26 November 2024. Meski demikian, masih ada massa mengambang (swing votters) yang belum menentukan pilihan. Survey Indo Riset Strategis membidik seberapa besar swing voters di Kota Tegal. Melalui pertanyaan, Apakah akan mengubah pilihan? Jika jawaban sangat/cukup besar berubah, apa alasan utamanya? Jumlah responden yang menjawab cukup besar kemungkinan sebanyak 18,5% dan responden yang menjawab sangat besar kemungkinan 4,5%. Itu artinya adalah 22,5 % massa swing voter yang akan menentukan pilihannya pada hari-hari terakhir kampanye. Ketika pertanyaan dibuat lebih spesifik, Seandainya pemilihan Walikota Tegal 2024 dilaksanakan hari ini, siapa calon yang akan bapak/ibu pilih? Jumlah swing voters mencapai 9,8 persen.
Tanggal 27 November 2024, sebanyak 763 titik TPS di 27 kelurahan akan menjadi tempat pemungutan suara. Sebanyak 212.800 pemilih akan menentukan siapa Walikota Tegal dan Wakil Walikota Tegal. Data KPUD Kota Tegal menyebutkan, TPS itu tersebar di 4 kecataman dengan rincian Kecamatan Tegal Timur 227 TPS. Kecamatan Tegal Selatan 188 TPS. Kecamatan Margadana 166 TP, dan Kecamatan Tegal Barat 185 TPS.
Pemilu 2019 lalu, KPUD Kota Tegal mencatat tingkat partisipasi pemilih di Kota Tegal 77,84 persen. Tahun 2024, Kota Tegal mencatatkan tingkat partisipasi pemilih sebesar 78,9 persen. Dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 212.800 pemilih, sebanyak 168.086 pemilih yang menggunakan hak suaranya. Tingkat pengetahuan publik tentang Pemilihan Walikota relatif tinggi, dimana hampir semuanya mengaku ingin berpartisipasi (memilih) menjadi kabar baik terhadap meningkatnya kualitas demokrasi di Kota Tegal. Apalagi dikuatkan dengan hasil survey terkait perilaku pemilih di Kota Tegal oleh Indo Riset Strategis yang menyebutkan bahwa pemilih di Kota Tegal merupakan pemilih rasional, dimana sebagian besarnya dipengaruhi oleh faktor penilaian terhadap visi misi, kinerja, dan pengalaman calon.
Meningkatnya partisipasi pemilih akan mengurangi kemubadziran anggaran. Sehingga anggaran penyelenggaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tidak terbuang percuma. Data dari Kementerian Keuangan, Pemilu pada tahun 2024 alokasi anggaran mencapai Rp.38,3 T. Penyelenggaran Pemilu di Kota Tegal sendiri anggaran yang dibutuhkan sekitar 32 milyar. Ongkos demokrasi yang tidak murah ini perlu disetarakan dengan tingginya partisipasi pemilih.
Kualitas demokrasi ditandai dengan tingginya partisipasi pemilih, dan partisipasi pemilih sangat ditentukan budaya politik di masyarakat (Arpandi, 2023). Partisipasi pemilih sangat berkaitan dengan perilaku dalam pengambilan keputusan. Pada prosesnya pengambilan keputusan biasanya melibatkan emosi (Svenson, 1997). Pengambilan keputusan ini mengandung tiga makna, yaitu: (1) Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan. (2) Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik. (3) Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan ini makin mendekatkan pada tujuan tersebut (Pasolong, 2023).
Sebagaimana kita ketahui bersama, ada tiga pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Tegal yang berkompetisi untuk memperebutkan kursi G1 dan G2. Paslon nomor urut 1 Edy Suripno-Akhmad Satori, paslon nomor urut 2 Dedy Yon Supriyono-Tazkiyatul Muthmainah, dan paslon nomor urut 3 Faruq Ibnul Haqi-Muhammad Ashim Adz-Dzorif Fikri. Jika dibandingkan dengan daerah tetangga, persaingan diantara ketiga paslon ini relatif imbang.
Selama masa kampanye, warga Kota Tegal disuguhkan dengan berbagai macam model dan ragam para paslon mengenalkan ke publik, meyakinkan calon pemilih melalui program unggulan agar melabuhkan pilihannya kepada paslon. Puncaknya akan terjadi pada masa kampanye akbar yang diselenggarakan pada tanggal 21-23 November 2024. Kampanye terakhir akan menjadi momentum penting sekaligus menjadi penentu bagi masyarakat terutama dari kalangan swing voters untuk mengambil keputusan, sehingga memasuki hari tenang mereka sudah memiliki pilihan. Saya percaya ketiga pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Tegal ini pasti sudah memiliki komitmen kuat untuk memajukan Kota Tegal. Tak ada satu pun visi diantara ketiga paslon yang akan membawa Kota Tegal menuju kemunduran.
Bagi masyarakat di akar rumput, boleh jadi mereka sudah tersentuh oleh tim sukses Calon Kepala Daerah. Terlepas dari perilaku pemilih yang pragmatis maupun pemilih rasional. Ini sangat tergantung dari seberapa besar pendekatan yang dilakukan paslon dalam upaya persuasif kepada calon pemilih. Tugas besarnya adalah bagaimana mengomunikasikan visi misi dan program agar sampai di benak calon pemilih. Sehingga dengan tersampaikannya pesan yang tertuang dalam visi misi dan program, calon pemilih akan mengambil keputusan dan menentukan kepada siapa pilihan itu akan dilabuhkan.
Bagi yang masih bimbang dalam menentukan pilihan (swing voters), masih ada cara lain untuk memotret masing-masing pasangan Calon Kepala Daerah. Debat Pasangan Calon Kepala Daerah yang digelar selama dua kali bisa menjadi referensi untuk mempelajari visi misi mereka. Kita juga bisa melihat melalui media massa untuk melihat rekam jejak masing-masing pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Tegal dalam menyampaikan visi misi menjadi orang nomor satu di Kota Tegal. Kita juga bisa melihat pada kampanye terakhir, seperti apa perilaku para pemilihnya karena itu sudah merepresentasikan kualitas yang dipilihnya. (Hartadi)