Blitar,mitratoday.com – Para Pedagang pasar Grosir sayur-sayuran yang tergabung dalam Paguyuban Pasar Grosir di Pasar Wlingi Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar, resah lantaran sering di intimidasi oleh petugas Pasar.
Hal ini disampaikan oleh Kordinator Paguyuban Pedagang Pasar Grosir Wlingi Suhud saat di wawancarai media Senin Malam (03/04/2023), “Kita dan teman-teman para pedagang pasar grosir sayur dan buah merasa tidak ada kenyamanan di lokasi pasar,” ujarnya.
“Seperti intimidasi yang dilakukan diduga oleh petugas-petugas yang ada di pasar, termasuk retribusi kepada teman-teman kita yang berjualan ditarik tetapi tidak ada karcisnya,” jelas Suhud.
Untuk bukti penarikan retribusi tanpa karcis, bisa dibuktikan di lapangan langsung, baik lokasi terminal maupun lokasi pasar.
Lanjutnya, juga ada intimidasi seperti teman-teman yang berjualan di pasar grosir Wlingi di suruh tanda tangan namun di lembar kosong, tujuannya untuk apa kita tidak tahu.
“Kedua kita dimintai tanda tangan, lalu diminta fotokopi KTP, kalau setahu saya memang dari Dinas Perdagangan ada instruksi untuk pendataan berkaca dari kasus di pasar Kesamben, karena tidak ada data, perubahan data untuk bantuan itu membengkak,” jelas Suhud.
Sedangkan kalau di Pasar Wlingi, yang didata hanya khusus yang di lokasi pasar, sedangkan yang ada di Terminal tidak, padahal kalau yang di Wlingi itu pedagang ada dua tempat, satu di lokasi terminal satu lagi di lokasi pasar.
“Jumlah pedagang pasar yang masuk di Paguyuban ini berjumlah 140 pedagang dan ini para pedagang yang mengeluh merasa tidak nyaman,” ujar Suhud.
Harapan kita sebagai pedagang grosir ini, lanjut Suhud, Kalau memang dari Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar, regulasi nya secepatnya bisa berjalan, teman-teman para pedagang minta di relokasi, walaupun tempat yang seadanya, sebelum ada pembangunan STA yang dikerjakan oleh Dinas Pertanian.
“Terkait intimidasi, kita ingin lepas dari intimidasi biar semua sama-sama nyaman, bisa tenang dan secepatnya di relokasi, karena terkait ini semua berimbas pada pendapatan kita menurun drastis,” ungkap Suhud.
“Karena yang jelas komoditas dari para petani kita yang tampung, mulai dari 0,00 gram sampai ton hasil petani kita yang tampung, kita update harga mulai dari jam 09.00 pagi sampai malam kita update harga, namun kalau ada jam operasi, yang seperti di pasar Wlingi sekarang jelas tidak mumpuni, dan efeknya berimbas ke petani, pendapatan kami bukan untung malah min (rugi),” jelasnya.
Untuk mulai transaksi, menurut Suhud jam 05.00 sore sampai 23.00, tetapi operasional yang pasti antara jam 05.00 sampai jam 09.00, pengunjung sudah mulai tidak ada,” ucap Suhud usai menghadap Sekda Kabupaten Blitar Izul Mahrom di Kantor DPRD Kabupaten Blitar saat selesai Rapat Paripurna.
Pewarta : NoviĀ